Dalam sebuah hadist dinyatakan bahwa barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyembungkan tali silaturahim. Dalam redaksi lain dikatakan bahwa barangsiapa yang menghubungkan silaturahim, maka Allah akan menghubungkannya, dan barangsiapa yang memutuskan silaturahim, maka Allah pasti memutuskannya. Silaturahm sendiri bermakna menyambungkan kasih sayang atau kekerabatan dengan tujuan untuk kebaikan. Dengan dasar tsb tak heran, dalam berbagai agenda, tajuk silaturahim sering menjadi topik dan juga dipraktekkan dalam amalan muamalah bermasyarakat. Silaturahim juga menjadi kunci sukses dalam banyak aspek termasuk politik, ekonomi, sosial dan bidang lainnya.
Silaturahim juga menjadi kunci utama untuk pengembangan jaringan dalam usaha penjualan langsung. Kunjungan ke kerabat, teman, handai tolan, tetangga bahkan orang yang belum terlalu dikenal atau tak dikenal menjadi hal yang wajib kalau ingin usaha jaringannya berkembang. Dengan konsep silaturahim ini, orang jadi terhubung satu dengan yang lain. Informasi juga tersampaikan dari satu pihak ke pihak lain. Ada denyut ekonomi juga disitu. Ada barter barang, jasa, uang dan transaksi lain yang berawal dari silaturahim dan menjadi bukti apa yang termaktub dalam dalil samawi.
GESIT (gerakan silaturahim) juga merupakan konsep yang sangat ditekankan di HPAI, sebuah perusahaan jaringan herba muslim. Gesit HPAI menjadi salah satu kunci perkembangan jaringan serta kenaikan omset penjualan. Semakin gesit berarti semakin banyak bertemu dengan orang atau berinteraksi dengan orang baik langsung tatap muka maupun secara tidak langsung via alat komunikasi. Hal ini akan meningkatkan probabilitas dalam closing agen maupun sukses menjual produk. Intinya, semakin gesit seorang agen maka peluang majunya jaringan dan meningkatnya penjualan menjadi semakin besar.
Secara umum bisa kita bagi gesit ini menjadi 2 bagian: offline dan online. Gesit offline merupakan cara konvensional yang telah lama dan banyak dilakukan orang dan sudah terbukti berhasil. Datang dari satu tempat ke tempat lain, silaturahim dari satu rumah ke rumah lain, ketuk satu pintu ke pintu, berkunjung dari satu rumah kost ke rumah kost kawan, dari satu rapat pertemuan ke pertemuan lain, dan lain sebagainya. Dengan bertemu secara langsung, penjelasan materi dan topik utama pembicaraan akan menjadi lebih jelas. Dan terbukti cara silaturhim konvensional ini sangat berhasil untuk membina hubungan kepercayaan karena kita dapat bertatap muka langsung dengan calon prospek. Gesit offline ini juga sangat minim biaya, khususnya untuk jarak dekat, Cuma butuh kemauan dan waktu saja untuk mau bergerak berkunjung silaturahim. Gesit offline juga menjadi pembuka untuk menjadi seorang leader di daerah sendiri, mempunyai pasar sendiri yang terjangkau, dan tanpa ongkos kirim, bersifat loyal, dan mudah digerakkan. Ini juga menjadi basic bagi perkembangan lanjutan dari usaha jaringan. Jika pasar lokal sudah dikuasai artinya telah ada kesiapan untuk merambah pasar daerah lain.
Untuk memasarkan produk di daerah lain, memang diperlukan modal yang lebih. Kesiapan lebih dalam segala hal, materi, bahan, modal, mental dan sebagainya. Khusus untuk masalah jarak dan modal, keterbatasan gesit offline dapat diatasi dengan adanya teknologi. Gesit online menutupi kekurangan cara konvensional. Dengan teknologi, jarak seolah menjadi tak berarti, tak menjadi penghalang utama. Pemasaran tetap dapat dilaksanakan dengan aneka fasilitas yang telah disediakan oleh teknologi. HP , smartphone, laptop dan lain lain yang bisa terhubung satu sama lain dapat dimanfaatkan sebaik baiknya. Sosial media yang juga gratis namun tetap bertanggung jawab harus dioptimalkan. Facebook, instagram, whatsapp, telegram, line dan aneka teknologi pendukung lainnya. Artinya, tak ada alasan lagi untuk tidak berbuat. Dan akan semakin terbukti betul kata kata bijak itu. Hanya kemauan yang membedakan. Orang sukses adalah orang yang punya kemauan, sedangkan orang gagal adalah orang yang hanya punya alasan.